Lintas Sastra Keriting Merupakan Sebuah wadah yang menampung karya tulis Fiksi dari manusia keriting yang hidup di tanah Rantauan.
Sabtu, 02 Februari 2019
Cermin : Kisah Tukang Porter
" Laki-laki inikah yang buat sa pu anak tra sekolah betul ", sebuah suara tiba-tiba terdengar disela-sela senja, membuat pemuda dengan celana lusuh itu sontak kaget.
Karena penasaran laki-laki itu melirik dengan perlahan kearah datangnya suara. dan ternyata suara itu bergema dari sela-sela bibir seorang wanita setengah tua, wanita tua itu coba diamatinya dengan sedikit agak was-was, lalu tiba-tiba sebuah wajah yang rasanya tak asing tiba-tiba muncul dari belakang wanita setengah tua itu, " Maria ", cuma kata itu yang terucap dengan spontan tanpa dapat ditahan oleh pemuda itu.
Pemuda itu diam seribu bahasa, dalam benak, serbuan berbagai macam pertanyaan menyayatnya hingga dia lupa bahwa didepannya berdiri sosok wanita setengah tua.
" hey ko ni yang bawa-bawa sa pu anak perempuankah...? ", ungkapan itu membuyarkan lamunannya.
" pace ko ni sadarka tra, ko tuh tukang porter, ko tuh harus tau, sa pu anak ni tra pantas buat ko, ko mo jamin sa pu anak ni dengan apa...?, ko sadar...!, ko pu hidup saja tra betul, ko tuh anak yatim piatu, ko pikir sa pu anak ni mainan buat ko kah, dasar pace miskin, tra tau diri, tukang minum, tukang bawa-bawa orang pu anak, pace bajingan, ko mulai sekarang tra usah ganggu sa pu anak lagi, apa lagi ko pacari, kalau ko berani lagi, sa akan bunuh ko. ko ingat baik-baik " seusai mengucap itu wanita setengah tua itu menarik gadis disampingnya, yang bukan lain adalah maria yang sempat diucap oleh pemuda itu.
lalu pemuda itu seakan lumpuh, ungkapan dan makian yang sempat tadi didengarnya seakan jarum tajam yang menyiksa uluh hatinya.
" Maria ", cuma kata itu yang terucap, lelaki itu jatuh tersungkur, dibalik bola matanya, sebutir ungkapan piluh jatuh tepat mengenai pipinya.
lalu dia terdiam untuk waktu yang lama, hari sudah gelap, namun dia masih saja tak bergerak sedikitpun, dia masih diam, tubuhnya seakan telah mati, dan bahkan orang yang lewat disekitarnya pasti mengirahnya sudah mati, namun disela-sela bibirnya masih ada sedikit nafas yang keluar sehingga dia tampak masih hidup.
lalu sebuah ungkapan terdengar mengusir piluh
" sa memang anak yatim
sa tau sa miskin
sa tau sa tukang porter
sa tau sa tukang minum
tapi ko harus tau
sa cinta ko pu anak
ko pikir sa ni miskin cinta
tida, sa cuma miskin harta
sa memang yatim
tapi sa tida yatim perasaan
sa memang tukang minum
tapi ko harus tau
sa tidakan buat ko pu anak menderita
tapi trapapa mama
ko pi kasi kawin ko pu anak deng pejabat
biar dong yang kasih makan dia
maria semoga ko bahagia ".
itulah ungkapan pengusir piluh yang keluar dari sela-sela bibir yang mendekam dalam derita, sebuah ungkapan yang keluar dari pemuda itu.
dan akhirnya dengan rasa sakit yang mendalam pemuda itu pulang membawa luka ke tempat dimana dia berbaring untuk menutup deraian air mata.
Oleh : Emanuel Bamulki
Bandung, 02/02/2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sayang oh demiiiy...!!
BalasHapusAndalan kawan.
syg...syg…, kee kawan.
Hapus