Rabu, 20 Februari 2019

Cerpen : Anak Haram


  Ketika mereka mengatakan anak haram padaku, Ayah dimana?. Kau tahu, betapa sesaknya dadaku ketika mereka mengataiku anak haram.
         Ayah tahu, Pernah pula mereka mengataiku bahwa aku anak seorang pembunuh, anak seorang pemerkosa dan anak seorang pencuri. Ayah, siapakah yang kau bunuh?, siapa pula yang kau perkosa?, dan apa yang ayah curi?. Ayah aku terluka mendengar semua itu.
          Ibu pernah bercerita tentang ayah, Kata ibu, ayah adalah lelaki gagah perkasa. Ayah, ibu hanya bercerita bahwa ayah adalah seorang tentara.
          Ketika aku mulai terbentuk dalam kandungan ibu, ayah pergi meninggalkan ibu. Usai ayah menikmati kegadisan ibu. Saat itu, ibu berusia enam belas tahun. Betapa sangat mudanya ibu, bahkan ibu ketika itu masih kecil, dan masa mudanya ibu telah ayah renggut dengan meninggalkanku dalam kandungannya.
            Sebelum ayah pergi, Ayah mengatakan bahwa usai tugas, ayah akan datang menjeput ibu dan aku. Ayah akan mengajak kami ke tanah jawa, disana adalah kampung halaman ayah.
            Ibu menunggu ayah, Bahkan sampai hari ini.
            Aku tidak mengerti kenapa aku di beri nama kodim namun yang pasti, itu ada hubungannya dengan ayah. Kadang orang-orang mengejekku dengan memanggil namaku yang menurut mereka sumber petaka.
              Apakah aku sumber petaka, apakah aku pembawa sial. Lihat saja mereka, tiap saat bertemu diriku, mereka memandangku dengan tatapan yang menurutku sangat tidak biasa. Ada kebencian dalam tatapan mereka.
               Pernah ibu mengirim surat kepada ayah. Ayah tak pernah membalas, walau ibu tiap detik  menunggu balasan ayah, menunggu kabar ayah sambil memintal doa. Sungguh aku mendengarnya sendiri bahwa ibu berdoa agar aku, ibu dan ayah di persatukan, dipertemukan. Dan entah berapa pucuk surat yang sudah ibu kirimkan untuk ayah yang mungkin kini sedang berada di tanah jawa.
               Yang paling penting, Kini aku sudah masuk ke jenjang SMP. Andai ayah berada disini, mungkin ayah pasti tersenyum bangga melihatku mengenakan seragam putih biru. Aku pun tahu, ayah pasti akan memberiku hadiah karena aku lulus dengan nilai terbaik di ujian sekolah dasar ( SD ).
                 Namun kemana pun aku memanggil ayah, Tak pernah ada jawaban. Apakah ayah tenggelam di laut ketika pulang ke jawa sehingga tak pernah ada kabar berita.
                 Mungkin setelah ayah tiba dijawa, ayah melupakan ibu dan melupakan aku.
                 Siapa pula yang sempat berangan hendak lahir tanpa kehadiran seorang ayah. Pasti siapapun dia, pada umumnya manusia tentunya hendak lahir disamping pelukan ibu dan juga dalam kasih sayang dan sukacita seorang ayah.
                Ibunya kodim bernama linda. Dahulu pernah ada operasi milter terhadap beberapa wilayah di tanah papua yang menurut anggapan pemerintah Indonesia merupakan daerah-daerah rawan. Salah satu daerah yang menjadi daerah operasi militer pada waktu itu adalah Biak. Tentu saja masyarakat biak  tidak akan pernah melupakan tragedi berdarah yang terjadi di biak pada tahun 1998, dan  ketika tragedi itu terjadi, linda baru berumur 16 tahun.
              Linda bertemu dengan Joko, ketika joko yang kebetulan waktu itu bertugas sebagai salah satu prajurit angkatan darat dalam operasi militer di biak. Dengan tuduhan sebagai penghianat dan teroris, banyak rakyat biak yang dibantai, dan banyak pula gadis-gadis muda yang dijadikan budak seks untuk menyalurkan hasrat binatang mereka, kemudian gadis-gadis itu akhirnya dibunuh. Kebetulan pula pada waktu itu, linda pun ditawan untuk dijadikan budak seks oleh prajurit TNI di markasnya yang dikenal dengan nama Kodim namun untung bagi linda pada saat itu karena joko tepat tiba sebelum nasip malang menimpahnya. Joko akhirnya meminta kepada kawan-kawan yang waktu itu menawan linda dengan alasan joko tertarik dengan linda dan ingin menjadikannya sebagai simpanannya, lalu akhirnya linda pun dibebaskan. Kemudian linda di bawah oleh joko ke kamarnya, lalu hubungan terlarang itu terjadi. Awalnya linda memang sangat merasa benci melihat ataupun memandang joko yang memperkosanya, namun ketika tahu nasip gadis-gadis lain yang ditawan bersamanya maka linda pun akhirnya bersyukur.
                  Gadis-gadis lain yang waktu itu ditawan. Mereka diperkosa secara brutal, tanpa ampun, bahkan ada pula yang di siksa dengan dimasukan moncong senjata dalam alat kemaluannya, dan akhirnya peluru panas bersarang di perut. Kemudian ada pula yang siksa dengan menggunakan besi yang sangat panas yang dimasukan dalam kelamin hingga meninggal dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Dan sesungguhnya banyak pula bentuk penyiksaan yang lainnya, tentu saja penyiksaan-penyiksaan itu tak kalah hebatnya dengan kedua bentuk tadi.
                   Memang di saat itu, hanya linda seorang yang bernasib baik. Dia tinggal bersama joko di dalam sebuah perumahan dinas yang terletak di tengah area kodim. Hampir sebulan lebih linda berdua dengan joko membuat linda akhirnya menjadi lunak dengan perhatian joko ketika itu. Entah kenapa, linda akhirnya tunduk dengan kasih sayang dan sentuhan yang joko berikan. Walau waktu bersama hanya sebulan namun kesan terindah terukir dalam ingatan linda.
                 Usai sebulan bersama joko. Linda akhirnya diantar pulang kerumah oleh joko, dan selama hampir tiga bulan berikutnya joko tak pernah berhenti mengunjungi linda, lalu kadang bermalam dirumah linda. Hingga bulan kelimanya, joko datang kepada linda untuk berpamitan pulang ke jawa. Saat itulah terahir kalinya linda bertemu dengan joko. Sebelum pulang, joko sempat berjanji untuk kembali menjemput linda, dan linda masih ingat bagaimana raut wajah lelaki itu. Lelaki yang selama hampir lima bulan selalu berada dipelukannya. Lelaki yang sudah berhasil merenggut masa mudanya.
                  Setelah Joko kembali ke tanah jawa. Linda kemudian menyadari bahwa tubuhnya sudah tidak sendiri lagi, rahimnya sudah terisi dengan benih milik joko. Entahlah, menyesal tiada guna. Kini harapnya hanya joko semoga cepat kembali lagi.
                 Bertahun-bertahun telah berlalu, Benih itu telah berubah menjadi sosok lelaki mungil yang tampan. Ya, lelaki itu adalah Kodim. Nama kodim sengaja diberi oleh linda sebagai pengingat bahwa dahulu dia dan ayahnya kodim bertemu di tempat itu. Tempat itu pula yang mengingatkannya selalu bahwa dahulu pernah ada darah dan air mata yang mengalir membanjiri tanah. Kawan-kawan sebayanya dibantai disana, kemudian bersama-sama dengan orang tua serta adik mereka dibuang ke tengah laut untuk menghilangkan jejak pembunuhan masal itu.
                 Entalah, Kapan ayah akan pulang, Begitulah batin kodim kadang bertanya.
                 Ayah mungkin kini sedang bahagia di jawa, entah apa yang dilakukan ayah. Mungkin ayah sudah melupkan mama. Hingga kini, Aku masih merindukanmu Ayah.



Oleh : Emanuel Bamulki
Bandung, 21/02/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar