Sudah sejam lebih linda menangis tanpa hentinya,
bajunya sudah basa kuyup seperti di guyur hujan, di samping linda duduk seorang
lelaki tua berumur tiga puluhan lebih tahun. “Bapa jang larang sa
kawin deng de, bapa sa paling sayang de sekali, sumpah bapa, sa tramau kawin
deng orang laen ”, ucap gadis itu dalam keadaan masih mengalir butir
air dari kelopak matanya.
Sosok lelaki tua itu masih Nampak diam, kaku tanpa ada gerak apapun dan matanya masih mengarah ke gadis remaja disampingnya, “ Bapa tidak larang ko sama sekali, bapa Cuma mau ko sekolah dulu, bapa mau ko tra usah pikir pacarana dulu, ko pikir bapa kasih masuk ko sekolah buat ko pacarankah, atau buat ko kawin. Bapa suruh ko sekolah buat ko bisa jadi orang sukses, biar setelah ko sukses, ko bisa perhatikan ko pu orang-orang “, katanya sambil menahan nafas.
Lalu katanya lagi pada gadis remaja itu, “ bapa mau supaya ko
jang seperti ko pu teman-teman perempuan dong yang kawin baru hanya tinggal di
dapur saja, bapa mau tuh supaya ko seperti kartini yang memberi peluang sama
perempuan-perempuan Indonesia buat merasakan rasanya sekolah. Bapa jua mau ko
seperti Mary Wollstonecraft, salah satu penulis paling berpengaruh di dunia, de
menulis buat kamong perempuan-perempuan biar bisa setara sama laki-laki, sa mau
ko supaya bisa selamatkan nasip ko pu sodari-sodari Papua yang laen ”. Rokok
sampoerna kretek yang sejak tadi menyala di asbak dekat meja diambilnya
kemudian di isapnya dengan santainya. “ Jadi sekarang ko bisa
mengerti toh maksud bapa bilang ko tra usah pacaran bahkan jang kawin tuh
kenapa….! ”, lanjutnya. “ Io bapa, sa
sekarang baru mengerti, tadi tuh sa pikir bapa larang sa kawin deng de tuh
karna bapa mau kasih kawin sa deng orang lain, tapi setelah bapa bilang sa,
alasan kenapa bapa larang sa maka sekarang sa su mengerti maksud bapa “, ucap linda
sambil menghapus sisa air mata yang masih basah di pelupuk matanya, “ tapi bapa su tau
toh kalau de su kastau de pu orang tua buat lamar sa setelah habis ujian nanti
“.
Kembali di Tarik lagi rokok yang sudah menempel di balik bibirnya yang sudah
sangat tua itu, kemudian dengan santainya dihembuskan asap rokok itu keluar
tanpa hambatan. “ io, bapa su tau
soal itu, nanti kalau anak de pu orang tua datang maka bapa akan sampaikan
baek-baek sama de pu bapa sama mama biar untuk sementara katong ikat kamong dua
dengan lamaran serta bapa akan buat janji jua buat nanti kawinkan kamong dua
pas saat kamong dua selesai kuliah ”, kata lelaki tua
itu. “ bapa kalau begitu,
sa jua sangat setuju sekali bapa, apa lagi kalau bapa niat baek buat sa begitu
tuh malah sa tambah senang lagi, dan sa janji sama bapa kalau nanti sa pasti
bisa penuhi harapan bapa, sa akan sekolah baek-baek, dan jadi pembebas buat
katong sesama perempuan ”, ucap linda membalas ungkapan bapanya.
Kemudian lelaki tua itu berdiri dari
tempatnya semula duduk, lalu berjalan ke arah pintu dan sebelum berlalu dari
pintu katanya lagi pada gadis yang masih duduk termenung di tempatnya semula “ Linda, bapa harap
ko pikir baek-baek yang bapa kastau tadi, soalnya ini jua demi ko pu kebaikan,
bapa minta supaya ko tra kecewakan harapan bapa, bapa Cuma pu satu harapan, dan
bapa tra minta ko apa-apa. Sekarang bapa jalan ke ko pu mama pu ade laki-laki
di kampung sebelah, nanti minggu depan bapa balik baru kita bicara soal ko deng
anak laki-laki de ”, dan lelaki itu lenyap di balik pintu.
***
Sudah
sejak subuh linda mondar-mandir di kamar, dan semalam linda pun belum sempat
menutup mata, memang sejak sore setelah mendengar bahwa bapa dan mamanya Nando
akan datang melamarnya. Gelisah menyatuh dengan ketidaksabaran, entalah,
perasaan gugup dan penasaran menghatuinya sejak mendengar kabar itu, bahkan
kadang rasa ingin segera mendengar apa kesepakatan orang tuanya dengan orang
tua nando pun terus mengalir dibenaknya.
Ketika melihat Linda yang Nampak seperti orang bingun, Lelaki tua yang
kebetulan baru saja bangun dari tidurnya itu, segera menghapiri anaknya. “ linda, ko kenapa,
macam orang babingun saja, ko dari tadi bapa perhatikan modar mandir
terus seperti ko kepanasan tinggal di kamarkah….! ”, ungkapan itu
sontak membuat linda yang tidak menyadari kehadiran bapanya itu kaget. “ bapa, bagemana sa
mo tenang, Nando pu bapa sama mama mo datang buat lamar sa, sa jua penasaran
dan jua sa ada gugup sekali ni”, kata linda membalas ungkapan bapanya
itu. “ ko ni bagaimana, ko
harusnya senang bukannya seperti cacing kepanasan, ko cepat mandi baru
siap-siap su, kan ko pu mertua dong yang mo datang jua ”, kata lelaki
tua itu sambil berjalan meninggalkan linda yang masih tetap saja gelisah dan
Nampak mondar-mandir tanpa sebab.
Nando Bersama orang tuanya pada akhirnya tiba dirumah linda dan disambut
oleh bapanya linda dengan hangat, kemudian di persilakan masuk kedalam rumah,
usai semuanya masuk, lalu mereka pun merundingkan persoalan asmara yang sedang
di alami oleh nando dan linda. Setelah bicara Panjang lembar mengenai hubungan
Nando dan linda maka di sepakati bahwa keduanya akan di nikahkan tepat ketika
nanti keduanya menamatkan kuliah, namun persoalan kelak menikah dan tidaknya
tetap berada di tangan Nando maupun linda sehingga keduanya diminta untuk tetap
mempertahankan hubungan mereka, mempertahankan kesepakatan yang baru saja di
buat kedua belah pihak.
Usai itu, Keluarga Nando pada akhirnya pamitan sama keluarga Linda, dan bapa
linda pun mempersilakan mereka jalan dengan mengantar mereka kedepan rumah.
“ Linda, ko su dengar tadi toh, jadi mengenai kamong dua pu hubungan itu sih
terserah ko dengan anak laki-laki de, jadi ko mo pertahankan hubungan itu sampe
ko deng anak laki-laki kawin atau bagemana itu, semua kembali ke kamong dua,
yang bapa mo minta ke ko tuh Cuma jangan putuskan harapan bapa sama ko, itu
saja”. Ucap lelaki tua itu sambil duduk santai di kursi
yang tadi dia duduki ketika mereka bicara soal hubungan Nando dan linda.
“ Bapa kalau soal
bapa pu harapan itu, linda yakin pasti bisa penuhi, dan kan linda su janji jua
sama bapa mo. Bapa sa jua ada dengar beberapa perempuan-perempuan hebat yang
mempu menggungjang dunia dengan perjuangan mereka buat bebaskan katong
perempuan-perempuan dari Peminggiran perempuan dari hak politik katong,
diskriminasi terhadap katong dalam rumah tangga serta dalam kehidupan social,
dan berbagai bentuk penindasan lainya. Bapa beberapa tokoh yang sempat sa
dengar itu seperti Malala Yousafzai yang berasal dari Pakistan, seorang perempuan
hebat yang perjuangkan hak-hak pendidikan buat perempuan disana, yang pada
waktu itu sedang berada dibawah tekanan pemerintahan Taliban, dan de jua sempat
mendapatkan tembakan hingga di larikan sampe ke inggiris, lalu ada lagi
beberapa tokoh perempuan lainnya, jadi sa jua memang ada pikir buat jadi
seperti mereka “, ungkap linda membalas ucapan bapanya.
Selesai
Bandung,
22/01/2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar