Jumat, 15 Februari 2019

Cerpen : Pelangi Di Balik Senja


  Andai saja dia tidak menghianatiku. Kebahagian ini, rasa cinta ini, pokoknya semua yang ku punya akan ku berikan untuknya.
          Kini perasaan cinta dan sayang yang ku miliki telah dimilikinya. Ku berikan seutuhnya tanpa perlu memikirkan apapun. Dia pantas untuk mendapatkannya, dia memang pantas untuk menerima perhatian sepenuh hati.
          Dia tiba-tiba hadir ketika sebelumnya dikala kegelapan malam memaksaku melepaskan ikatan cinta yang susah payah telah ku pertahankan selama setahun lebih. Memang bila dihitung maka tidak sampe seminggu kejadian itu berlalu namun entahlah, kehadiran gadis itu sangat tepat mengisi hatiku yang sedang sekarat. Dia pula yang mengobati dan menyembuhkan sekaratnya hatiku.
             Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri, sungguh aku bersyukur dengan kehadirannya. Kehadirannya mengusir semua kenangan dan harapan yang membuatku kecewa dan putus asa.
             Bila boleh jujur maka aku ingin mengatakan bahwa aku sangat bahagia dengan kehadirannya. Walau kini hanya sebatas chatingan melalui media social namun itu lebih dari cukup dari pada duduk diam sambil terus merintih dalam luka yang bisa saja nantinya merenggutnya nyawaku.
              Untuk apa juga terus bertahan dengan sosok yang tak pernah menghargai kehadiran kita. Bahkan dengan tegah bercumbu mesra dengan orang lain di hadapan kita. Apa itu cinta..?, atau hanya sekedar nafsu yang coba di salurkan hanya untuk terus melukai serta membuat kita menderita.
               Tidak perlu menerima orang yang hanya menjadikan kita sebagai bahagianya sementara kemudian balik menikam kita dari belakang serta menghianati kepercayaan yang sudah kokoh.
               Aku pun berpikir demikian. Percuma makan nasi kering berdua bila dia tidak pernah menghargai arti kebersamaan. Percuma pula tidur setikar berdua bila dia tidak pernah menyadari arti kehadiran kita disisinya.
                Malam itulah akhir dari perjuangan pendekar cinta. Ya aku memang pantas menyebut diriku pendekar cinta.
                 Awalnya sekedar iseng-iseng saja, aku membuka halaman facebook milik linda yang saat itu sudah ku anggap istriku. Memang pantas aku menganggapnya istri sebab kami tidur setikar berdua dan makan nasi kering Bersama. Susah dan senang berdua selama setahun lebih tepatnya.
                  Ketika mataku tak sengaja melirik chatingannya linda di halaman facebook maka ku dapati ada sebuah nama yang agak terasa asing. Abang gue, ya nama itu yang ku lirik dengan seksama seakan tidak percaya dengan mataku. Memang aku tidak kaget ketika itu sebab orang dengan nama itulah yang telah merampas linda sehingga kadang linda menghilang tanpa jejak.
                    Lalu ku coba baca riwayat chatingan. Sungguh pedih rasanya, ada kata cinta dan sayang terselip dengan mesra disana. Kata-kata yang ku baca terlihat seperti dua sosok manusia yang sedang tenggelam dalam birahi, kadang ungkapan cumbuan yang panas terselip dibalik jajaran huruf yang indah. Keindahan huruf yang menyembunyikan mata pisau yang sangat tajam.
                  Mengingat bahwa hal ini terjadi untuk ke sekian kalinya maka aku pun sudah tidak bisa terus saja bertahan dalam luka dan deraian air mata. Ya, memang dialah yang pertama membuatku menangis. Linda yang menguras seluruh air mataku.
                 Malam itu, aku dengan sangat serius mengambil keputusan bahwa aku harus pergi untuk meninggalkannya selamanya. Ketika aku menyampaikan bahwa aku akan pergi meninggalkan, dia hanya diam. Mungkin dia mengirah bahwa aku pasti kembali karena sejauh mana pun aku pergi, aku tetap akan kembali padanya.
                  Kali ini mungkin dia salah, aku memang benar-benar pergi. Aku tidak akan kembali lagi seperti yang kadang terjadi sebelumnya. Sebelumnya mungkin aku kembali karena aku masih menghargai kehadirannya di dalam hidupku.
                   Malam itu pun aku pergi dengan keputusan yang memang takan ku ubah lagi. Aku pergi meninggalkannya, membiarkan dia melakukan apapun semaunya sebab aku tahu bahwa kini bukan aku yang ada disisinya, melainkan orang lain yang jauh lebih baik dari aku yang hanya pemuda tidak tahu diri.
                  Pada  keesokan harinya, sebuah chat masuk di akun facebook milikku, lalu ku buka chat itu, ternyata itu adalah chat dari mia, gadis yang sampai kini terus menghubungiku dengan harapan kelak mau menerimanya sebagai bagian dari hidupku. Setelah ku pikir-pikir, memang tak baik mengabaikannya, orang yang ku hargai saja mengabaikanku. Lebih baik aku menerima seutuhnya. Mia lebih menjanjikan dari pada linda yang hanya menjadikanku sebatas status.
                  Kemudian aku akhirnya memutuskan untuk tidak melakukan kesalahan lagi. Ku hubungi mia melalui HP nokia lama yang saat itu ku pakai untuk kebutuhan komunikasi. Ternyata kebetulan pula mia Bersama mamanya ketika ku hubungi, lalu setelah basa-basi dengan mia maka aku pun meminta mia menyerahkan HP itu kepada mamanya. Usai itu aku lansung menyampaikan niatku untuk melamar anaknya, mama yang memang sebelumnya sangat mengenalku itu akhirnya mengatakan bahwa dia menyetujui maksudku itu.
                   Aku memang mengenal mamanya mia sejak aku masih SMP sehingga tidak menyulitkan diriku ketika menyatakan isi hatiku. Aku pun dulu seringkali menginap di rumahnya, dan mamanya mia pun sudah menganggapku sebagai anaknya.
                Ku anggap setujunya mamanya mia sebagai pelangi yang hadir ketika senja hampir melenyapkan harapan dan impian yang pernah ku bangun dahulu. Aku sangat bahagia, bahkan dengan itu, secara otomatis luka ku secara perlahan mengering dan aku sangat merasa jauh lebih baik dari sebelumnya.
                 Sedangkan linda yang telah merusak seluruh harapan dan impian yang ku bangun itu. Aku bahkan tidak akan menerimanya bila kelak dia tiba-tiba datang. Aku akan katakan kepadanya bahwa ketika dahulu aku memperjuangkannya dia memangnya kemana, apa saja yang di lakukan ketika itu.
                  Biarlah linda mendapat jatah kebencian dariku, sedangkan mia pantas untuk menerima kasih sayang dariku, aku pasti akan memperlakukan dia secara terhormat, bahkan aku akan memujanya seperti dewi. Mia memang sangat layak untuk itu.
                     ***


Oleh : Emanuel Bamulki
Bandung, 16/02/2019
Salah Seorang Mahasiswa Asal Papua di Bandung

3 komentar: